Jumat, 01 Januari 2010

TIDAK HANYA PEMIMPIN NEGARA, JUGA PEMIMPIN PERADABAN

Berbicara tentang peradaban sangat menarik (interestable), karena ia menjadi bagian dari kehidupan umat manusia yang signifikan. Sejarah manusia penuh dengan berbagai peradaban yang silih berganti, tergantung para penguasa dan para pemimpin dunia. Mereka yang kuat akan menentukan model peradaban umat manusia. Apalagi di era global ini, model peradaban hampir menjadi seragam karena sekat-sekat teritorial, nasional, budaya, agama, dan ras tidak mampu membentengi dirinya dari upaya memasarkan model peradaban yang menjadi trend di pihak-pihak yang kuat dan berkuasa. Sehingga pada gilirannya, corak-corak budaya, agama, nasional, dan ras menjadi luntur dan akhirnya hancur, kemudian diganti dengan model paradaban yang mendunia.

Beberapa pemimpin negera didunia, Sekilas memang tampak sebagai pemimpin negara, seperti Barrack Obama, Susilo Bambang Yudhoyono, maupun Mahmoud Ahmadinejad. Akan tetapi, Rasulullah saw adalah pemimpin peradaban. Karena pemimpin-pemimpin zaman sekarang tersebut hanya bertugas memimpin negeri ini, belum lagi kepemimpinannya banyak yang tidak disukai. Sedangkan Rasul kita, selain pemimpin negara, beliau juga pemimpin spiritual, pemimpin keluarga, pemimpin perang, pemimpin perusahaan, dll. Bahkan, kepemimpinannya menembus batas orang biasa, kerjanya menghasilkan peradaban, kepemimpinannya membuahkan kemenangan yang besar bagi dien ini.

“apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu Lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.” (QS. An Nashr: 1-2)

Yang menakjubkan, di rumahnya tak dijumpai perabot mahal. Ia makan di lantai seperti budak, padahal raja-raja dunia iri terhadap kekokohan struktrur masyarakat dan kesetiaan pengikutnya. Ia tidur hanya beralaskan tikar di masjid, padahal raja-raja dunia beralaskan singgasana emas nan mewah serta ditemani nikmat dunia lainnya.

Tak seorang pembantunya pun mengeluh, pernah dipukul, atau dikejutkan oleh pukulannya terhadap benda-benda di rumah. Dalam kesibukannya ia masih bertandang ke rumah puteri dan menantu tercintanya, Fathimah Az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib. Sungguh perangai yang luar biasa ditampilkan oleh seorang pemimpin peradaban ini. Beliau tidak ingin dianggap spesial, beliau ingin terlihat setara dengan para sahabatnya.

Di bawah pimpinannya, laki-laki menemukan jati dirinya sebagai laki-laki dan pada saat yang sama perempuan mendapatkan kedudukan amat mulia. “Sebaik-baik kamu ialah yang terbaik terhadap keluarganya dan akulah orang yang terbaik diantara kamu terhadap keluargaku.” dan “Tak akan memuliakan perempuan kecuali seorang mulia dan tak akan menghina perempuan kecuali seorang hina,” demikian pesannya.

Ya, itulah satu hal yang sering dilupakan oleh para pemimpin, mereka sering tidak melakukan kaderisasi. Sehingga organisasi yang dipimpinnya hanya meninggalkan figuritas dirinya, bukan seorang pemimpin baru. Bukan seorang pemimpin, memimimpin organisasinya sampai berkali-kali, karna kurangnya kaderisas. Pemimpin yang baik adalah yang mampu menjadikan jundi-jundinya lebih baik dari dirinya. Oleh karena itu, seorang pemimpin juga haruslah cakap dalam hal kaderisasi dan tidak beranbisi untuk menduduki jabatan itu selamanya.
Lihat saja binaan Rasul: ada Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib yang ia cetak menjadi negarawan. Sejak awal, mereka bereempat diproyeksikan kesana. Tak sekalipun Umar bin Khattab dijadikan panglima perang oleh Rasul, karena beliau tahu bahwa kepemimpinan Umar lebih baik dari sekadar panglima perang.

Ada juga Hamzah bin Abdul Muthalib, Khalid bin Walid, Saad bin Abi Waqqash, Amr bin Ash, dan Usamah bin Zaid sebagai penakluk-penakluk raksasa. Ada Al Abbas dan Salman Al Farisi sebagai intelijen-intelijen. Lalu, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Muadz bin Jabbal sebagai ulama-ulama besar. Ada pula, Abu Hurairah dan Aisyah sebagai perawi hadits. Serta Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah yang terkenal dalam hal perniagaan.

Betapa hebatnya Rasul kita itu, belau mencetak kader-kader pemimpim masa depan. Beliau adalah pemimpin peradaban, tidak hanya negara saja. Semoga kita semua bisa mengikutinya, semoga kita bisa mengembalikkan kejayaan Islam seperti yang telah dilakukannya. Walaupun itu memerlukan kerja yang sangat luarbiasa melelahkan. Namun, biarlah. Karena kejayaan umat ini lebih kita cintai dan harapkan dari apapun di dunia ini. Shalallahu was salamu ‘alayka, yaa Muhammad.
Allahu’alam wassalamu’alaykum wr wb